.....KEHAMILAN ADALAH SUATU ANUGRAH UNTUK ITU HARUS DISELAMATKAN......

Sabtu, 02 April 2011

KONSEP DASAR ANAK SEHAT

1.1 Latar belakang
Dengan penuh susah payah dengan ketekunan yang luar biasa tahap-tahap I pembangunan bangsa telah kita lampaui. Kita telah mencapai suatu tahapan yang cukup menggembirakan yaitu dengan menyiapkan berbagai macam sarana dan prasarana guna meningkatkan taraf hidup bangsa kita sehingga telah tampak kemajuan-kemajuan yang menggembirakan.
Namun setalah diteliti ternyata masih banyak masalah yang perlu mendapatkan usaha secara khusus. Yaitu masalah anak Indonesia yang seharusnya dipersiapkan dalam masa tahapan berikut ini menjadi sosok manusia yang sehat, cerdas, handal dan berkualitas prima untuk dapat malanjutkan pembangunan bangsanya menuju masyarakat sejahtera adil dan makmur.
Anak sejak “Konsepsi” yaitu pertemuan sebutir ovum dengan “seekor” spermatozoa maka pada saat itulah “Tuhan Yang Maha Esa” terucap di bibir kita, dan sejak saat itu pula selalu “dipantau” oleh-Nya kelanjutan tumbuh dan kembang janin sampai ia dilahirkan dan dibesarkan menjadi seorang dewasa yang sehat.
( Soetjiningsih, 1999 : VII )
2.1. Konsep Dasar Anak Sehat
2.1.1. Definisi tumbuh kembang
 Pertumbuhan (growth) brkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingakat sel, organ maupun inidividu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter) umur tulang, dan keseimbangan metabolik (refensi kalsium dan nitrogen tubuh).
(Soetjiningsih, 1995 : 1)
 Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktru dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya referensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang dengan sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
(Soetjiningsih, 1995 : 1)

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
2.1.2.1. Faktor genetika
Faktor genetika merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak, melalui instruksi genetika yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Salah satu penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom adalah sindrom down, sindrom turner, dan lain-lain.
(Soetjiningsih, 1995 : 2)

2.1.2.2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidak potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya peotensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
 Faktor lingkungan ini dibagi menjadi 2.
1. Faktor lingkungan pranatal.
a. Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan.
b. Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaaan pada bayi yang dilahirkan.
c. Toksin / zat kimia
Ibu hamil yang perokok berat / peminum alkohol kronis sering menghasilkan bayi berat lahir rendah, lahir mati, cacat atau refardasi mental.
d. ENDOKRIN
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah somototropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin, dan peptida lain dengan aktivitas mirip insulin.
e. Radiasi
Radiasi pada janin sebelum janin umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefalil atau cacat bawaan lainnya.
f. Infeksi
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (toxoplasmasis, rubella, cytomegalouirus, herpes simplex) sedangkan yang menybabkan penyakit pada janin adalah : polio, campak, hepatitis, dan lain-lain.
g. Stress
Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain cacat bawaan, kelainan jiwa, dan lain-lain.
h. Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus ikterus atau lahir mati.

Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat menyebabkan berat badan lahir rendah.
2. Faktor post natal
Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan merupakan masa rawan dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
a. Lingkungan biologis
Ras / suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormon.
b. Faktor fisik
Cuaca, musim, keadaan geografik suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah (ventilasi, cahaya, kepadatan hormon, radiasi)
c. Faktor psikososial
Stimulasi, motivasi belajar, ganjaran / hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, tekanan, cinta dan kasih sayang, kuantitas interaksi anak dengan orang tua.
d. Faktor keluarga dan adat istiadat
Pekerjaan / pendapatan keluarga, pendidikan ayah / ibu, jumlah saudara, jenis kelamin, stabilitas rumah tangga.
(Soetjiningsih, 1995 : 2 – 13)

2.1.3. Kebutuhan Dasar Anak
1. Kebutuhan fisik biomedis (ASUH)
a. Pangan / gizi
b. Perawatan kesehatan dasar  imunisasi, ASI, timbang, pengobatan.
c. Papan / pemukiman
d. Higiene perorangan, sanitasi lingkungan.
e. Sandang
f. Kesegaran jasmani, rekreasi.
2. Kebutuhan emosi / kasih sayang (ASIH)
Hubungan erat, mesra dan selaras antara ibu / pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, amental maupun psikososial kasih sayang dari orang tuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat (bounding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan latihan pada anak, mengembangkan perkembangan mental psikososial : kecerdasan, ketrampilan, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.
(Soetjiningsih, 1995 : 14)

2.1.4. Tahap-tahap tumbuh kembang anak
1. Masa pranatal
a. Masa mudigah / embrio : konsepsi – 8 minggu
b. Masa janin / ferus : 9 minggu – lahir
2. Masa bayi : usia 0 – 1 tahun
a. Masa neonatal : usia 0 – 20 hari
• Masa neonatal dini : 0 – 7 hari
• Masa neonatal lanjutan : 8 – 28 hari
b. Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun

3. Masa prasekolah : usia 1 – 6 tahun
4. Masa sekolah : usia 6 – 18/20 tahun
a. Masa praremaja : usia 6 – 10 tahun
b. Masa remaja dibagi 2 :
1) Masa remaja dini:
• Wanita : usia 8 – 13 tahun
• Pria : usia 10 – 15 tahun
2) Masa remaja lanjut:
• Wanita : usia 13 – 18 tahun
• Pria : usia 15 – 20 tahun
2.1.5. Pertumbuhan fisik
1. Berat badan
Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, kalau anak mendapat gizi yang baik :
• 700 – 1000 gram / bulan pada triwulan I
• 500 – 600 gram / bulan pada triwulan II
• 350 – 450 gram / bulan pada triwulan III
• 250 – 350 gram / bulan pada triwulan IV
Menurut rumus Behrman 1992 untuk memperkirakan berat badan anak
• Lahir 3,25 kg
• 3 – 12 bulan 
• 1 – 6 tahun  umur (tahun) x 2 + 8
• 6 – 12 tahun 
2. Tinggi badan
Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm secara garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan
• 1 tahun 1,5 x TB lahir
• 4 tahun 2 x TB lahir
• 6 tahun 1,5 x TB setahun
• 13 tahun 3 x TB lahir
• Dewasa 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)

 Atau menggunakan rumus Behrman 1992 :
Lahir  50 cm
1 tahun  75 cm
2 – 12 tahun  umur (tahun) x 6 + 77
 Menurut tahun 1993
o TB anak perempuan :
o TB anak laki-laki :
13 cm adalah rata-rata selisih tinggi badan antara orang dewasa laki-laki dan perempuan di inggris, dan 8,5 cm adalah nilai absolut tentang tinggi badan.
(Soetjiningsih, 1995 : 18 – 21)

2.1.6. Perkembangan anak balita
 Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita menurut Frankenburg, dkk. (1981) melalui DDST (Danver Developmental Screening Test) mengemukakan parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu:
1. Personal social (kepribadian / tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya : kemampuan untuk menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
3. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara spontan.
4. Gross motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubunga dengan pergerakan dan sikap tubuh DDST ini digunakan untuk anak yang berumur 1 bulan – 6 tahun ada juga yang membagi perkembangan balita ini menjadi 7 aspek perkembangan, seperti pada buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga dan Balita) yaitu perkembangan :
a. Tingkah laku sosial
b. Menolong diri sendiri
c. Intelektual
d. Gerakan motoris halus
e. Komunikasi pasif
f. Komunikasi aktif
g. Gerakan motorik kasar
(Soetjiningsih, 1995 : 29 – 30)

 Pada anak sesaat sebelum 4 tahun, kemampuan perkembangan yang harus dicapai:
1. Gerakan kasar  berjalan jinjit
2. Gerak halus  meniru membuat gambar lingkaran
3. Bicara, bahasa, dan kecerdasan  mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna.
4. Bergaul dan mandiri  mematuhi peraturan sederhana dalam permainan.
(Gunawan, 1993 : 32 – 33)

 Anjuran rangsangan pada anak usia 3 – 5 tahun
1. Minta anak menceritakan apa yang sedang dilakukan
2. Dengarkan anak ketika ia berbicara
3. Jika anak gagap, bantu anak berbicara lebih lambat
4. Beri kesempatan anak bermain dan mencoba sesuatu yang baru, awasi anak.
(Depkes RI, 2003 : 35)

 Ciri-ciri permainan untuk anak 3 bulan
 Tujuan :
1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
2. Mengembangkan kemampuan berbahasa
3. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, dan mengurangi.
4. Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara)
5. Membedakan benda dengan peragaan
6. Menumbuhkan sportivitas
7. Mengembangkan kepercayaan diri
8. Mengembangkan kreativitas
9. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dan lain-lain)
10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
11. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang di luar rumahnya.
12. Mengenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misalnya : pengertian mengenai terapung dan tenggelam
13. Memperkenalkan suasana kompetensi, gotong royong.
 Alat permainan yang dianjurkan
1. Berbagai benda dari sekitar rumah; buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dan lain-lain.
2. Teman-teman bermain ; anak sebaya, orang tua, orang lain di luar rumah.
(Soetjiningsih, 1995 : 113 – 114)

2.1.7. KMS (Kartu Menuju Sehat)
 Alat penting untuk memantau tumbuh kembang anak.
Aktivitasnya tidak hanya menimbang dan mencatat saja, tetapi harus menginterpretasikan tumbuh kembang anak pada ibunya sehingga memungkinkan pertumbuhan anak dapat diamati dengan cara menimbang teratur tiap bulan.
Kartu ini merupakan gambar kurva berat badan anak berusia 0 – 5 tahun terhadapa umurnya kartu ini juga dilengkapi dengan beberapa atribut penyuluhan dan catatan yang penting untuk diingat dan diperhatikan oleh ibu atau petugas kesehatan, antara lain riwayat kelahiran, imunisasi, pemberian ASI, dan lain-lain.
(Soetjiningsih, 1995 : 48 – 49)

2.2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Anak Sehat Usia 3 Tahun
2.2.1. Pengkajian Data
2.2.1.1. Data Subyektif
1. Nama, umur, jenis kelamin, alamat, nama ibu, umur ibu, nama ayah, dan lain-lain. Maksud pertanyyaan ini : unutk mengidentifikasi (mengenal) penderita dan menentukan status sosial ekonominya yang harus kita ketahui. Misalnya untuk menentukan anjuran apa atau pengobatan apa yang akan diberikan.
(UNPAD, 1983; 153)
2. Keluhan utama
Apa yang dikeluhkan paling utama oleh sang anak
(DEPKES RI, 1992)
3. Riwayat penyakit sekarang
Apa yang diderita oleh sang anak saat ini dan tindakan apa yang dilakukan oleh keluarga.
(DEPKES RI, 1992 )

2.2.1.2. Data Obyektif
1. Penampilan fisik
Yang termasuk dalam penampilan fisik adalah raut muka, ekspresi dan penampilan anak.
Contoh : raut wajah yang menunjukkan sakit, susah bernafas, perasaan tidak senang, juga dicatat kebersihan perseorangan seperti kebersihan rambut, leher, kuku, gigi dan pakaian. (DEPKES RI, 1992)
2. Tingkah laku
Apakah ada reaksi seperti perasaan takut atau senang, mudah atau susah untuk memperhatikan sesuatu.(DEPKES RI, 1992)
3. Kulit dan rambut
Dikaji warna, struktur, suhu, kelembapan dan turgor. Selain itu juuga harus dilihat rambut seperti : warna, strruktur, kualitas, elastisitas dan kebersihannya. (DEPKES RI, 1992)
4. Leher
Pada leher dilihat adanya pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang seperti pada keadaan campak, infeksi mulut dan saluran pernafasan. Vena leher yang membesar terdapat pada gangguan pernafasan pada ekspirasi seperti pada asma. Pembengkakan kelenjar tyroid yang terdapat pada dasar leher bila diraba membesar atau tidak.(DEPKES RI, 1992)
5. Mata
Pemeriksaan pada mata termasuk pemeriksaan apakah ada infeksi, bagaimana struktur, ukuran, simetris/tidak, cornea, keadaan retina.
(DEPKES RI, 1992)
6. Telinga
Pemeriksaan pada telinga apakah simetris/tidak, adanya infeksi dan berbau/tidak. (DEPKES RI, 1992)
7. Hidung
Pemeriksaan hidung apakah membengkak, ada cairan, warna, kemungkinan infeksi pada jalan nafas atau tidak. (DEPKES RI, 1992)
8. Mulut dan tenggorokan
Apakah ada pembengkakan, merah, tonsil dan sebagainya.
(DEPKES RI, 1992)
9. Perut
Apakah ada hernia femoralis, apakah buncit, bagaimana kebersihannya.
(DEPKES RI, 1992)
10. Genetalia
Dilihat : a. Apakah glens penis baik bentuknya.
b. Bagaimana tertis, apakah sudah turun benar.
c. Keadaan serotum apakah simetris.
d. Bagaimana BAK lancar/tidak, terdapat penyumbatan.
( DEPKES RI, 1992 )
11. Anus
Keadaan lubang anus, apakah ada hemoroid, prolaps dan sebagainya.
( DEPKES RI, 1992 )
12. Ekstrimitas atas dan bawah
Apakah simetris/tidak, lengkap/tidak terutama jari, kebersihan kuku, kaki dan ketiak. (DEPKES RI, 1992)

2.2.2. Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasiyang benar atas data – data yang telah dikumpulkan.
(DEPKES BANDUNG, 2001; 5)

2.2.3. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya
Pada langkah ini kita mengideentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencecegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.
(DEPKES BANDUNG, 2001; 7)

2.2.4. Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan / dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.(DEPKES BANDUNG, 2001; 8)
2.2.5. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan managemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi.
( DEPKES BANDUNG, 2001; 9 )

2.2.6. Penatalaksanaan / Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara efisien dan aman (DEPKES BANDUNG, 2001; 5)

2.2.7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan.(DEPKES BANDUNG, 2001; 5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar